Thursday, September 26, 2013

Otak Manusia

perkembangan otak dimulai di akhir minggu ketiga masa kehamilan. neuron dilahirkan di satu lokasi di jaringan neural dan bermingrasi ke lokasi lain yang berkembang menjadi bagian-bagian otak. migrasi neuron dibantu oleh sel-sel glial dan neuron yang baru lahir memberikan informasi tentang tujuan neuron. kelebihan produksi neuron dimaksudkan untuk menjamin kecukupan jumlah neuron yang sampai ke tujuannya, namun neuron yang tidak mencapai tujuannya akan mati. tetapi ini terjadi dalam situasi yang tidak statis. cabang-cabang neuron (dendrite) timbul-tenggelam, putus sambung dengan neuron lainnya.
 neuron terkoneksi dalam sirkuit di mana dendrite mengumpulkan banyak sinyal dari neuron lain. mereka kemudian mentransmisikan sinyal ini ke axon melalui jalur penghubung yang disebut synapse. sinyal listrik ini ditransportasikan melalui synapse oleh zat kimia, yakni neurotransmitter, dalam proses ini, setiap neuron saling memberi sinyal dengan cara ini sampai bulan ketiga masa kehamilan. meskipun ilmuwan telah mengidentifikasi 50  transmitter, informasinya belum lengkap. salah satu kesulitannya adalah neurotransmitter dapat menimbulkan efek yang berbeda di wilayah otak yang berbeda. perkembangan otak normal dapat terganggu oleh beberapa faktor. di antaranya adalah malnutrisi (gizi buruk), cedera fisik, zat berbahaya yang ditelan ibu saat hamil, seperti alkohol.
otak manusia mengalami periode perkembangan yang panjang yang berlanjut sampai awal usia 20-an. pertumbuhan di otak adalah pemanjangan dan pencabangan axon neuronal (yang menambah dendrite dan synapse). di setiap wilayah cortical, periode pertumbuhan yang pesat diikuti dengan reduksi pada level dewasa. proses ini terjadi pada waktu yang berbeda didalam wilayah yang berbeda. periset menunjukkan bahwa kelebihan produksi adalah penting karena ia memungkinkan lingkungan individu untuk memengaruhi perkembangan otak.
istilah "plastisitas struktural" merujuk pada pola pertumbuhan axon dan synapse di bagian otak yang berbeda-beda dan juga pada perubahan di sepanjang rentang hidup. riset menunjukkan bahwa tantangan kognitif dala mhidup membantu menjaga fungsi mental.
galls pertama kali memperkenalkan konsep otak yang terdiri dari banyak organ, masing-masing bertanggung jawab atas reaksi tertentu. dua penemuan berikutnya mendukung keyakinan ini. yang pertama adalah area broca, yang berperan penting dalam produksi ucapan. yang kedua adalah area wernicke, yang berperan penting dalam memahami simbol dan ucapan lisan dan tertulis.namun, area otak lain juga terlibat dalam tugas-tugas tersebut.
kemudian, minat beralih ke kemungkinan perbedaan antara otak kiri dan otak kanan untuk menjelaskan tugas-tugas kognitif tertentu. namun, pernyataan bahwa otak kanan mengontrol kemampuan musik, individu analitis lebih banyak menggunakan otak kiri dan kreativitas berhubungan dengan otak kanan, adalah pernyataan "neuromitologi". pendapat saat ini mengenai fungsi kognitif adalah pandangan tentang sistem otak dimana area cortical dan subcortical berpartisipasi dalam pelaksanaan fungsi otak secara terpadu.
perkembangan metode neuroimaging yang dapat memonitor aktivitas otak selama tugas kognitif atau behavioral adalah penyebab utama dari munculnya neurosains kognitif. metode awal diantaranya adalah studi kasus terhadap pasien dengan kerusakan otak dan pengubahan otak hewan melalui pembedahan.
metode baru dapat memproduksi peta aktivitas otak berdasarkan perubahan dalam aktivitas elektrik (EEG), metabolisme otak (scan PET), atau blood oxygenation (fMRI).kelemahan antara lain akurasi aktivitas elektrik yang dicatat (EEG), hubungan hipotesis antara perubahan dalam darah atau level oksigen dengan aktivitas neural, metode substraksi citra, praktik konversi data ke citra otak standar, kekurangan dalam software analisis data, dan ketidakmampuan mendeteksi sinyal lemah.
beberapa studi yang dirancang dengan baik memberikan sedikit pengetahuan tentang potensi riset otak untuk perkembangan kognitif dan belajar. di antaranya adalah korelasi otak dengan pemikiran pra-operasional, relasi antara PKU dengan pemikiran pra-operasional, dan riset pemrosesan informasi dan memori episodik dan semantik. juga penemuan neuron cermin mengindikasikan sistem neural yang bereaksi pada : a) tugas tertentu yang dilakukan orang lain dan niat mereka; b) observasi dan pelaksanaan perilaku yang mengindikasikan rasa senang atau jijik. yang disebut belakangan tersebut adalah indikasi dari empati yang dirasakan individu terhadap individu lain. riset juga mengindikasikan bahwa neuron cermin dari individu autis hanya memberi sedikit reaksi atau tidak bereaksi sama sekali pada gerakanorang lain dan ekspresi wajah yang berbeda.

Monday, September 23, 2013

Testimoni Mengenai Kuliah Online Matakuliah Psi. Belajar pada Tanggal 19 September 2013

pada awal dimulainya kuliah online mata kuliah psikologi belajar, saya merasa kebingungan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh bu dina selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi belajar. kebingungan saya disebabkan oleh banyaknya jawaban yang diberikan oleh teman-teman saya dan ketika saya ingin menjawab, ternyata teman saya sudah memberikan jawaban persis seperti yang ingin saya sampaikan. pada akhirnya saya mencari jawaban lain, namun saya merasa jawaban saya kurang memuaskan. setelah itu, pada pertanyaan kedua, saya berusaha untuk menjawab sebaik mungkin sehingga saya dapat menjawab pertanyaan kedua lebih baik daripada pertanyaan pertama. pada pertanyaan yang selanjutnya saya dapat menjawab dengan lancar. 
saya menyukai kuliah online pada mata kuliah psikologi belajar. hal ini dikarenakan, saya dapat melakukan kuliah online dari rumah. saya juga dapat melakukan aktivitas lain selama saya mengikuti kuliah online, misalnya mengerjakan tugas kuliah yang lainnya, menonton tv, membaca manga yang saya sukai yang dapat saya lakukan sekaligus dengan kuliah online. menurut saya kuliah online merupakan metode kuliah yang menyenangkan sekaligus menambah wawasan karena lebih banyak berdiskusi ketika kuliah online serta dapat mencari tambahan sumber materi langsung dari sumber online selain dari buku. saya juga senang kuliah online ini karena saya sulit untuk mengungkapkan pendapat di kelas secara langsung. saya lebih menyukai memberikan pendapat dengan cara menuliskannya tanpa harus mengatakannya secara langsung.

Monday, September 16, 2013

Teori-teori Belajar Awal

Di awal abad ke-20, disiplin psikologi yang baru terbentuk sedang mencari arah dan fokus. studi Watson tentang perilaku dengan tujuan menjelaskan hubungan antara stimuli dan respon menjadi perspektif dominan. asumsi utana behaviorisme adalah bahwa perilaku yang dapat diamati adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling sederhana dari perilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral.
pengkondisian refleks dalam eksperimen Bekheterev dan PAvlov merefleksikan asumsi ini dan mendemonstrasikan bahwa relasi natural antara stimulus dan refleks yang terasosiasikan dapat diubah. riset ini memuat asumsi bahwa sebab-sebab dari perilaku yang kompleks akan dapat diungkap.
melatih refleks untuk merespons stimulus baru dibutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus yang secara alamiah memunculkan refleks.sebagai hasilnya, stimulus yang dikondisikan (CS) akan menimbulkan respons yang dikondisikan (CR). ini disebut pengkondisian klasik. mosel ini menjelaskan respons hewan terhadap petunjuk atau isyarat yang diasosiasikan dengan bahaya dan identifikasi metode untuk menghadapi reaksi maladaptif pada hewan dan manusia. selain itu, model ini menjelaskan perkembandan conditional-compensatory responses (CCRs) terhadap petunjuk sebelum pemberian obat dalam latar yang biasa untuk pemberian obat. fenomena ini menjelaskan toleransio obat dan overdosis obat.
selain mengajak orang lain untuk mendukung pendapat behaviorisme yang didasarkan pada pengkondisian klasik, Watson juga mengembangkan teori emosi behavioral. doa berpendapat bahwa kehidupan emosi orang dewasa bersumber dari pengkondisian reaksi emosional insting (cinta, marah, takut) terjadap berbagai macam objek dan peristiwa. Watson menunjukkan teorinya dalam eksperimen dengan albert, bayi usia 11 bulan. reaksi takut Albert dikondisikan ke tikus putih dan reaksi ini ditransfer ke kelinci putih. periset lain, Mary Cover Jones, menunjukkan penghapusan pengkondisian reaksi takut anak dengan pelan-pelan memperkenalkan objek yang ditakuti saat anak melakukan aktivitas yang disenanginya.
riset baru-baru ini mengindikasikan bahwa reaksi parental yang dipasangkan dengan stimulus baru seperti laba-laba mainan dari karet, akan memengaruhi aktivitas untuk mengawali pelajaran sekolah yang cenderung menimbulkan reaksi pendekatan ketimbang reaksi penghindaraan atau kecemasan.
riset Thorndike terhadap hewan adalah meneiliti perilaku mandiri hewan, bukan reaksi refleksnya. setelah melihat makin cepatnya hewan berhasil mencapai makanan, dia menyimpulkan bahwa respon yang tepat "tertanam" melalui asosiasi dengan akses ke makanan, yakni suatu keadaan yang memuaskan (hukum efek). risetnya tentang transfer belajar mengindikasikan bahwa training pada tugas tertentu hanya memfasilitasi belajar pada tugas yang sama, dan bahwa mata pelajaran sekolah yang sulit tidak berfungsi sebagai latihan mental untuk memperkaya keterampilan berpikir.
dia pendekatan belajar lainnya, yang disebut teori S-R, dikembangkan oleh Clark Hulk dan Edwin Guthrie. Hull mendeskripsikan penguatansebagai pemenuhan kebutuhan biologis dan Guthrie mengidentifikasikan prinsip belajar tunggal, asosiasi atau kontinguitas dari stimulus dan respons.
Psikologi Gestalt berfungsi sebagai penentang behaviorisme di pertengahan abad ke-20. Psikolog Gestalt berpendapat bahwa yang diteliti seharusnya perilaku molar, bukan molecular. Psikolog Gestalt fokus pada persepsi dalam belajar. organisme merespins keseluruhan ketimbang stimuli spesifik, organisasi stimuli memengaruhi persepsi, dan individu membangun persepsi ketimbang hanya menerima informasi secara pasif. karakteristik tampilan stimulus yang memengaruhi persepsi adalah komprehensivitas dan stabilitas gambaran (hukum Pragnanz), dan karakteristik lain yang memberi kontribusi pada kelengkapan struktur atau pola.

Pendahuluan Psikologi Belajar

upaya awal untuk memahami belajar adalah melalui kebijakan tradisional, yang biasanya didasarkan pada pengalaman, dan melalui filsafat. dalam kebijaksanaan tradisional adalah informasi itu dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda-beda. sebaliknya, meski filsafat merupakan keyakinan yang terstruktur, filsafat yang berbeda mencerminkan pandangan yang berbeda pula. meski riset dunia fisik dimulai sejak 1500-an, riset terhadap proses psikologis masih ketinggalan. kejadian yang mengawali riset psikologis adalah munculnya konsep[ empirisme ilmiah dan konsep perubahan dalam kemunculan spesies yang diperkenalkan oleh Darwin. riset terhadap proses psikologis dimulai di laboratorium Wundt, dan beberapa tahun kemudian diikuti dengan pengumpulan data di-setting pendidikan.banyak dari data itu ternyata tidak menambah pemahaman tentang praktik pendidikan. pada saat yang hampir sama, pada tahun 1920-an, teori belajar awal mulai bermunculan untuk memberikan kerangka bagi riset
tiga kriteria yang penting untuk setiap riset adalah : seperangkat asumsi yang jelas tentang aspek belajar yang dibahas oleh teori, definisi yang jelas dari istilah penting, dan prinsip spesifik yang diambil dari asumsi yang dapat diuji melalui riset. syarat keempat yang hanya berlaku untuk teori belajar, adalah teori harus menjelaskan dinamika psikologis dasar dari kejadian yang memengaruhi belajar. peran teori belajar adalah berbeda dari peran filsafat dan model pengajaran. filsafat merepresentasikan sistem nilai umum dan membahas term yang abstrak dan luas, seperti hakikat alam dan pengetahuan. model pengajaran mendeskripsikan lingkungan belajar tertentu, seperti belajar kooperatif dan instruksi langsung. sebaliknya, teori belajar fokus pada pedoman pengembangan belajar.
toeri belajar dan teori perkembangan kognitif Piaget adalah teori universal yang artinya mereka mengidentifikasikan peristiwa esensial dari belajar atau perkembangan kognitif yang berlaku universal - dalam setiap setting belajar dan pada setiap siswa. pada akhir abad 20-an, muncul perhatian pada faktor personal dan sosial. diantaranya adalah atribusi siswa pada kesuksesan dan kegagalan, kecakapan diri dan orientasi tujuan dari kelas dan siswa.
pendapat konstruktivis mengenai sifat pengetahuan banyak mereduksi atau mengesampingkan peran realitas eksternal dalam produksi pengetahuan. pendapat konstruktivis sosial radikal mengatakan bahwa pengetahuan sepenuhnya adalah peran dari proses sosial. objek-objek adalah artefak sosial dan teori ilmiah hanya merefleksikan ilmu sosial tempat dimana teori itu muncul. salah satu perspektif konstruktuvis sosial radikal berpendapat bahwa tugas menjelaskan dunia adalah proses linguistik, bukan proses kognitif.
problem utama dalam kontruktivisme sosial radikan yang dikemukakan oleh sebagian sarjana adalah : a) kesimpulan tidak logis bahwa ilmuwan akan mengembangkan teori yang berbeda jika mereka hidup di masyarakat yang berbeda; b) penalaran logis dan bukti ilmiah/fisik bukan kriteria untuk menerima suatu teori. implikasinya bagi ilmu pendidikan adalah a) juka pengetahuan adalah produk dari konvensi sosial, maka pendidikan hanya perlu memastikan bahwa ide-ide akan sesuai dengan kepentingan yang kuasa; b) pengembangan kemampuan kritis siswa tidak diperlukan jika tidak ada basis untuk menilai teori sebagai salah atau tidak masuk akal. dengan kata lain, kebijakan pendidikan akan diidentifikasi berdasar kacamata kepentingan kelompok.

Wednesday, June 20, 2012

Evaluasi Kinerja MK. Paedagogi

Kinerja MK. Paedagogi dalam memberikan pemahaman mengenai ilmu paedagogi kepada saya sudah baik sekali, dimana dosen pengampu merangsang saya untuk terus membaca bahan kuliah sebelum kuliah paedagogi dimulai  serta tugas lapangan yang memberikan saya banyak sekali pengalaman yang melatih saya dalam mengasah kemampuan dan pengetahuan saya pada matakuliah ini yang tidak saya dapatkan didalam kelas. teori-teori yang diajarkan juga tidak akan banyak manfaatnya jika tidak dibarengi dengan tugas lapangan yang mendukung saya dalam mengembangkan pengetahuan saya mengenai teori yang sudah dipelajari pada saat kuliah karena apa yang ada dilapangan tidak sama persis dengan yang dikatakan teori dan teori juga merupakan gambaran mengenai apa yang ada dilapangan sehingga kami dapat membayangkan apa yang akan kami hadapi dilapangan. tugas lapangan yang dibuat berkelompok juga memperkaya pengetahuan kami karena kami menjadi banyak berdiskusi sebelum, saat, dan setelah melakukan tugas lapangan.

Thursday, May 17, 2012


Kelompok 4
                     Rizqi Chairiyah              (10-007)
                     Vivian Felicia                 (10-043)
                     Zukhrini Khalish N        (10-053)
                     Dealovalia Hasibuan      (10-074)
  1.  Kelompok tidak mencantumkan evaluasi kelompok
Adapun Evaluasi kelompok kami yaitu:
a.     Saat proses micro teaching seluruh anggota kelompok seharusnya hadir, namun satu oang tidak dapat hadir karena keadaan fisik yang kurang fit.
b.      Proses yang seharusnya dimulai pada pukul 09.00, mengalami keterlambatan sekitar 30 menit.
c.    Proses dokumentasi yang berjalan kurang sempurna karena seharusnya di dokumentasikan oleh dua orang namun saat proses hanya satu orang yang mendokumentasikan. Hal ini membuat beberapa moment saat proses micro teaching tidak terekam seluruhnya. Terutama saat dokumentasi opening, dimana saat MC menjelaskan mengenai global warming secara singkat pada anak-anak, tujuan dari pembelajaran ini, proses pembuatan celengan, serta manfaat celengan, semua hal tersebut secara tidak sengaja tidak didokumentasikan. Oleh karena itu, di video dokumentasi, kelompok tidak bisa memperlihatkan bagaimana opening yang seharusnya memberikan gambaran mengenai proses micro teaching ini.
d.      Proses micro  teaching berlangsung sekitar satu jam dari 09.30 – 10.30
e.   Pembagian reward dilakukan setelah proses closing, namun kelompok mengalami kekeliruan karena membagikan makanan ringan yang sebenarnya dilarang untuk mereka konsumsi. Setelah kelompok membagikan makanan ringan tersebut, kepala sekolah menjelaskan kepada kelompok bahwa sebenarnya sekolah melarang pemberian makanan ringan.
f.    Penyambutan yang dilakukan oleh anak – anak TK cukup antusias, mereka menyambut kami dengan ucapan “Selamat Datang di sekolah kami, abang – abang dan kakak – kakak”. Sebenarnya hal ini sedikit diluar dugaan kami.
g.     Standart kompetensi yaitu;  Siswa mampu memahami bahwa barang-barang bekas dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat, dan siswa memiliki kesadaran akan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya. Sudah tercapai, namun tidak terekam dalam dokumentasi.
h.       Tujuan
Tujuan
Ketercapaian
 Memiliki kesadaran untuk menjaga keindahan lingkungan (Bumi) dengan membuang sampah pada tempatnya
Tercapai, dengan pengertian anak untuk menjaga kebersihan lingkungan. Anak- anak membuang sampah sisa potongan kertas kedalam tempat sampah, tanpa harus diberikan instruksi.
Memahami bahwa barang-barang bekas (sampah) dapat diolah menjadi sesuatu yang berguna
Tercapai, saat anak – anak ditanya sebuah botol bekas bisa dibuat apa saja, mereka merespon dengan baik. Mereka mengatakan kalau botol bekas bisa dibuat mobil – mobilan dan pot bunga.
Meningkatkan kreativitas
Anak – anak menghias celengan dari botol bekas yang telah mereka buat
Mengetahui manfaat menabung
Sebelum memulai proses belajar membuat celengan, anak-anak sudah mengetahui manfaat dari menabung dan saat proses belajar kelompok mengingatkan dan menekankan kembali manfaat-manfaatnya.
Memiliki kebiasaan menabung sejak dini
Dengan masing-masing anak memperoleh satu celengan, diharapkan anak-anak bisa menabung di kemudian hari di celengan tersebut.

i.  Perencanaan waktu yang telah kami konsep, yaitu
        
Kegiatan
Waktu terencana
Terlaksana pada
Diskusi perencanaan dan konsep Micro Teaching
Sabtu, 07 April 2012
Sabtu, 07 April 2012
Observasi lokasi Micro Teaching (TK Dharma Pancasila)
Senin, 09 April 2012
Senin, 09 April 2012
Diskusi proses pelaksanaan Micro Teaching
Senin, 09 April 2012
Senin, 09 April 2012
Posting perencanaan kegiatan (action plan)
Selasa,10 April 2012
Selasa,10 April 2012
Pengajuan surat permohonan ke TK Dharma Pancasila           
Rabu,  11 April 2012
Rabu,  11 April 2012
Micro Teaching
Kamis, 19 April 2012
Kamis, 19 April 2012
Edit video
Kamis, 19 April 2012
Sabtu, 21 April 2012
Posting hasil pelaksanaan Micro Teaching                      
Sabtu, 21 April 2012
Senin, 30 April 2012

2.      Seorang anggota kelompok (Rizqi Chairiyah) tidak dapat hadir karena alasan keterlambatan.

3.      Dalam kegiatan ini, kami bukanlah seorang guru, melainkan seorang pengajar, yang mengajarkan dan saling berbagi dengan para siswa. Dalam hal pemberian istilah pada laporan hasil micro teaching, kelompok memang melakukan kesalahan dengan menyebut kami adalah guru, padahal lebih tepat disebut sebagai pengajar ataupun fasilitator. Hal ini karena kami memang bukan guru, dan peran kami adalah mengajarkan atau memberikan pengetahuan pada anak-anak mengenai go green dengan melibatkan mereka untuk berkreativitas dalam memanfaatkan barang-barang bekas menjadi sebuah celengan.

4.      Secara keseluruhan proses yang kami lakukan tidak dapat terlihat dalam dokumentasi. Kelompok kami mengevaluasi kembali dan sepakat bahwa dokumentasi video yang dibuat tidak dapat memperlihatkan detail-detail saat kami melakukan micro teaching, seperti bagaimana kami mengajar anak-anaknya berkreasi, bagaimana kami berinteraksi dengan anak-anak dalam kelas dan detail-detail yang bisa menggambarkan bahwa kami memang melakukan micro teaching. Video dokumentasi kami hanya memperlihatkan proses makro, dimana hanya memperlihatkan sekedar pembukaan, pemisahan anggota-anggota dalam kelompok dan sedikit penutupan. Oleh karena itu, kelompok akan menjelaskan proses micro teaching kami dibawah ini bersamaan dengan poin ke 5.


5.      Penjelasan proses yang kami lakukan kurang real. Kelompok kami mengakui, memang dalam penjelasan di laporan pelaksanaan micro teaching kami kurang lengkap dan mendetail, sehingga orang yang membaca laporan pelaksanaan micro teaching kami kurang memahami apa yang sebenarnya kami lakukan.

Adapun laporan detail proses pelaksanaannya, yaitu :
Materi pengajaran (mengolah barang bekas) berhasil kami sampaikan dengan baik kepada peserta didik, namun pada proses pelaksanaan microteaching ini, terdapat beberapa kendala pula sehingga kami harus melakukan cukup banyak improvisasi. Kira-kira inilah kesimpulan dari evaluasi kelompok kami.

Pada tanggal 17 April, kami mengunjungi TK Dharma Pancasila untuk meminta izin pada kepala sekolahnya sekaligus memberikan surat permohonan. Setelah berdiskusi selama beberapa saat mengenai kegiatan microteaching yang akan kami lakukan di sana, kepala sekolah menerima kami dengan antusias. Beliau menyuruh kami untuk datang dua hari berikutnya, hari Kamis (19 April), pada jam 9 untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Kendala pertama yang kami hadapi di sini adalah bahwa kami tidak sempat untuk mengenali siapa individu-individu yang akan menjadi peserta didik kami. Kami datang ke sekolah tersebut sudah terlalu siang dan murid-muridnya sudah pulang, sehingga kami tidak bisa bertemu langsung dengan mereka untuk lebih menyesuaikan materi yang akan kami ajarkan. Kami hanya mendapat informasi mengenai peserta didik dari wawancara singkat yang kami lakukan terhadap kepala sekolahnya.

Pada hari kamis tanggal 19 april 2012 kelompok melaksanakan kegiatan micro teaching di TK Dharma Pancasila. Rencananya kami datang ke sekolah tersebut satu jam sebelum jam yang sudah dijanjikan. Akan tetapi karena beberapa persiapan yang masih kurang (kami lupa membuat sebuah model celengan sebagai contoh) dan cuaca yang kurang mendukung (hujan), akhirnya kami tiba di sekolah tersebut tidak sesuai rencana. Kami tiba kira-kira pada pukul 8.45, lima belas menit sebelum kelas dimulai.

Kami masuk ke dalam kelas dengan ditemani kepala sekolah. Setelah kepala sekolah memperkenalkan kami kepada peserta didik dan saling mengucapkan salam, kelas pun mulai kami yang ambil alih. Kami memperkenalkan diri kami masing-masing terlebih dahulu, kemudian kami mengajak satu per satu peserta didik kami untuk memperkenalkan diri mereka di depan kelas. Melihat mereka yang sangat antusias dalam memperkenalkan diri, kami akhirnya memperpanjang waktu perkenalan dengan mengajak mereka untuk menyebutkan cita-cita masing-masing.

Kelompok memulai micro teaching diawali dengan pembukaan dari MC, yaitu Johan. Johan memulai kelas dengan menyapa anak-anak dan bercanda sedikit dengan mereka. Setelah itu, Johan mengambil botol aqua kosong dan menanyakan pada anak-anak apa yang mereka lakukan setelah botol aqua itu habis. Ada beberapa anak yang menjawab membuang botol tersebut. Kemudian Johan menanyakan lagi, apakah mereka tahu bahwa sebenarnya botol bekas ini bisa dimanfaatkan. Kemudian ada anak yang mengacungkan jarinya sambil berkata, “saya tahu, saya tahu.” Lalu anak tersebut mengatakan bahwa botol bekas tersebut bisa dijadikan sebagai mobil-mobilan. Lalu Johan mengiyakan dan sedikit menjelaskan pendapat anak tersebut. Kemudian Johan menambahkan, “Nah, kalian tahu gak sih kalau botol aqua tersebut  bisa dijadikan celengan?”. Kemudian johan melanjutkan dengan menjelaskan kepada anak-anak mengenai kaitan tidak membuang barang bekas dan menjaga lingkungan. Semua penjelasan kepada peserta didik menggunakan bahasa yang ringan dan menarik mengenai materi yang akan diajarkan pada hari tersebut. Tidak ada masalah apapun pada sesi ini, kecuali bahwa dokumenter lupa menekan tombol ‘rekam’ pada kameranya. Akhirnya, kelompok menjadi kekurangan bahan dokumentasi untuk sesi pembukaan ini.

Setelah sesi pendahuluan dari Johan, kemudian anggota kelompok masuk ke dalam kelompok-kelompok kecil. Adapun Rizqi masuk dalam kelompok dengan 4 orang anak, Putra masuk juga dalam kelompok 3 orang anak, sedangkan Zukhrini dan Dealovalia sama-sama masuk dalam kelompok 4 orang anak. Vivian dan Johan berperan sebagai dokumentasi dan kadang-kadang ikut serta membantu dalam proses mengajar dan mengarahkan anak-anak di kelompok.

Setelah itu anak-anak TK mulai mengerjakan prakarya celengan dengan dibantu oleh masing-masing pengajar disetiap kelompok. Adapun detail kegiatan di masing-masing kelompok adalah:
-         Pengajar masing-masing kelompok pertama-tama menjelaskan kepada anak-anak barang apa saya yang digunakan, seperti botol aqua bekas, kertas koran, kertas kalender, brosur dan kertas-kertas yang sudah tidak dipakai lagi.
-         Masing-masing anak mendapatkan 1 buah botol aqua bekas. Namun bahan-bahan untuk menghiasnya diletakkan di meja masing-masing kelompok untuk digunakan secara bersama-sama.
-         Pengajar masing-masing kelompok kemudian mengarahkan proses membuatnya mulai dari memotong celah untuk memasukan koin. Namun, kami tidak meminta anak-anak untuk memotongnya karena kami sudah memotongnya terlebih dahulu. Kami juga menjelaskan jika mereka ingin membuatnya lagi, mereka harus meminta orang dewasa untuk memotong celahnya karena masih berbahaya jika mereka yang memotong sendiri.
-         Setelah menjelaskan mengenai celah, pengajar masing-masing kelompok mulai meminta anak-anak menghias sendiri. Namun kami juga turut mengarahkan mereka dan membantu dalam hal mengelem, melipat, serta menggunting gambar-gambar yang mereka inginkan dari brosur.
-         Setelah semua anak dari suatu kelompok telah selesai, pengajar meminta mereka untuk membuang sampah pada tempatnya. Masing-masing dari kami juga memberitahukan pada mereka bahwa dengan membuang sampah berarti mereka telah ikut menjaga lingkungan; dimana hal ini sejalan dengan tema kelompok kami, go green.

Setelah semua kelompok siap, guru pun mempersiapkan anak-anak untuk makan bersama, dimana hal ini rutin juga dilakukan setiap harinya. Sambil menunggu mereka makan, kami melakukan rapat mendadak untuk menentukan apa yang akan kami lakukan berikutnya. Seharusnya ada sebuah lomba kecil-kecilan dengan memanfaatkan barang-barang bekas sebagai penutupan, tetapi karena persiapan peralatan kami yang agak kurang serta keterbatasan waktu, akhirnya lomba itu pun kami tiadakan. Setelah selesai rapat kecil-kecilan, anggota-anggota kelompok pun duduk bersama anak-anak dalam kelompok-kelompok dan berinteraksi dengan mereka saat mereka makan.

Setelah makan bersama, kelompok pun mengajak guru dan anak-anak foto bersama sebagai dokumentasi. Kami mengajak peserta didik kami untuk foto bareng bersama celengan yang sudah mereka buat masing-masing Kemudian setelah foto bersama, anak-anak berbaris diluar kelas karena sudah saatnya mereka pulang. Saat anak-anak berbaris, kelompok pun membagikan reward kepada mereka. Setelah selesai mengucapkan salam perpisahan dan membagikan reward pada anak-anak, kelompok pun berbincang sebentar dengan kepala sekolah. Kepala sekolah mengundang kami ke dalam ruangannya ketika kami sudah mengakhiri proses microteaching. Beliau memberi kami beberapa feedback terhadap proses yang sudah kami lakukan. Secara garis besar, beliau sangat senang dengan pengajaran yang sudah kami berikan. Tetapi ada satu hal yang dikomentarinya, yaitu mengenai reward yang kami bagikan kepada peserta didik. Sekolah ternyata melarang peserta didiknya untuk mengonsumsi snack tersebut karena alasan kesehatan. Ini juga termasuk kelemahan dari kami, karena kami lupa mendiskusikan masalah reward dengan kepala sekolah sebelum kami membagikannya. Kami pun meminta maaf atas kelalaian kami. Setelah selesai, kami pun pamit dan pulang dari TK Dharma Pancasila.

6.      Laporan proses pengajaran dan evaluasi serta testimoni dari masing-masing anggota kelompok:

Johan Wibawa
Menjadi ketua dalam kelompok microteaching ini adalah tugas yang gampang gampang susah. Gampang karena orang-orang yang saya pimpin adalah teman-teman saya sendiri, sehingga proses komunikasi menjadi lebih mudah. Susah karena ada satu atau dua anggota yang agak sulit untuk diajak bekerja sama. Ini mungkin termasuk kelemahan dari saya. Saya tidak berhasil membuat kelompok ini sebagai kesatuan yang solid. Bukan hanya itu, saya juga merasa bahwa saya kurang memperhatikan kinerja anggota-anggota saya. Misalnya, saya tidak tahu bahwa salah satu anggota saya lupa memasang Link anggota anggota yang lain di Blog nya. Namun secara keseluruhan, saya merasa cukup puas karena meskipun ada banyak kendala-kendala, proses ini tetap berjalan lancar dan sukses


Dealovalia Hasibuan
Sewaktu berada dalam kelompok kecil, sangat seru sekali rasanya soalnya anak – anak TK tersebut sangat aktif dan juga sangat bersemangat dan juga lincah. Mereka tidak mau duduk diam ditempatnya. Mereka selalu saja berpindah kekelompok lain untuk melihat hasil karya teman – temannya yang lain dan mereka selalu ingin membuat yang lebih bagus lagi dari punya teman mereka. Apa yang mereka tidak punya dalam kelompok kecil dan dimiliki oleh temannya yang berada dikelompok lain maka mereka meminta untuk di ajar kan membuat hal yang sama dengan temannya tersebut. Setelah mereka selesai mengerjakan hasil karya mereka, mereka dengan antusias dan semangat menunjukkan hasil karya mereka kepada guru, teman dan juga kami sebagai pembimbing mereka dalam mengerjakan hasil karya mereka, mereka juga dengan antusiasnya berkata ingin menabung dan mengisi celengan tersebut hingga celengan tersebut penuh.


Dwika Septian Ihsan
Sebelum saya merivew micro teaching dari sudut pandang pribadi sebagai video editor, saya ingin mengklarifikasi bahwasanya saat pelaksanaan saya tidak berada di lapangan, karena sakit pada H -1. Untuk itu saya hanya akan mengurai berbagai kendala pada teknis data yang sudah terkumpul.
Masalah pertama jelas, secara pribadi karena saya tidak ikut serta di lapangan, saya mengakui adanya kekurangan koordinasi diantara teman-teman, apalagi saya tidak serta merta ikut merasakan bagaimana tiap detil peristiwa selama proses, dan ini merupakan sumber masalah terbesar yang mempengaruhi hasil editing video ini. Itulah mengapa di video detil proses kurang jelas, akan tetapi saya tidak hanya diam disana, saya juga mencoba untuk menghadirkan diri pada prosesnya, dengan mendengarkan berbagai penuturan teman-teman dilapangan. Salah satu kendala saat dokumentasi adalah pembukaan tidak terekam oleh teman-teman.
Video ini juga tidak menjelaskan tujuan secara sistematis, karena video telah selesai di edit sebelum laporan fix, dan satu hal yang mungkin kami lupa, kami tidak menyatakan tujuan ini di dalam konsep. Disamping itu dari saya pribadi, saya memang lupa memerhatikan antara konsep dan hasil, sehingga evaluasi dari pelaksanaan dan tujuan nya tidak tersajikan di dalam video.

Putra Pratama
Pada awal melakukan micro-teaching di kelompok – kelompok kecil murid TK dharma pancasila, saya menjelaskan bahwa kita dapat membuat berbagai karya kreatif dari barang bekas, kemudian saya menjelaskan botol bekas dapat dijadikan sebagai celengan. Siswa TK dharma pancasila sangat antusias dalam mendengarkan penjelasan saya. Setelah menjelaskan kegunaan botol bekas tersebut, saya mulai mengajarkan mereka cara membuat celengan tersebut. Pada awalnya saya membuat lubang pada bagian leher botol bekas tersebut dan membantu siswa TK untuk menghiasnya. Saya membantu mereka melapisi botol bekas dengan kertas kalender bekas dan kemudian mengawasi mereka dalam menempelkan hiasan berbentuk bintang, segitiga, segiempat dan lingkaran yang sudah saya sediakan sebelumnya. Mereka sangat aktif sehingga pada awalnya saya sempat kewalahan, tetapi kemudian saya berimprovisasi untuk mengajak mereka menenmpelkan hiasan bersama – sama sehingga mereka tidak berebutan dalam menempelnya. Disela-sela menghias celengan, saya menjelaskan kepada mereka bahwa penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih agar kita  dapat hidup dengan nyaman dan jika lingkungan bersih,  maka kesehatan kita akan tetap terjamin. Saya juga mengajarkan mereka untuk membuang sampah pada tempatnya.

Rizqi Chairiyah
Pengalaman saya selama melakukan micro teaching pada kelompok yang saya pilih, merupakan pengalaman yang sangat berkesan. Mengapa? Ya, awalnya saya harus beradaptasi terlebih dahulu dengan Tania, Hafiz, Jasmine, dan Nabil. Melihat perilaku mereka yang pada awalnya malu-malu dan ada juga yang berani bertanya ‘mau membuat apa kita kak?’ dan ada juga yang pendiam, sehingga banyak variasi perilaku yang saya hadapi ketika melakukan Micro Teaching pada kelompok ini. Setelah Johan memberikan arahan kepada adik-adik, kemudian giliran saya menjelaskan cara pembuatan celengan dari botol minuman bekas. Respon mereka yang sangat antusias mendengar penjelasan saya tentang pembuatan celengan tersebut, semakin membuat saya bersemangat. Saya mengajarkan serta mengarahkan mereka agar mereka dapat membuat celengan dari botol bekas yang telah saya persiapkan untuk mereka. Proses micro teaching yang saya lakukan pada kelompok kecil ini, sangat menyenangkan dari mulai membantu mereka merekatkan hiasan pada gotol hingga membuat burung-burungan dari kertas kalender.
Suatu hal yang membuat saya merasa semakin tertarik ketika saya harus melerai Nabil dan Hafiz saat mereka bertengkar memperebutkan botol yang mereka miliki. Waktu juga yang memisahkan kebersamaan kami, dan akhirnya sebelum kami pulang, kami memberikan buah tangan kepada mereka serta saya  sempat menyampaikan pesan kepada kelompok kecil yang saya bimbing tadi, berupa ‘kalian jangan malas belajar yah adik-adik’. J

Vivian Felicia
Dalam proses micro teaching, saya lebih berperan sebagai dokumentasi dari pada pengajar. Walaupun demikian, pada akhirnya saya juga tidak tahan untuk turut mengajar dan berinteraksi dengan anak-anak tersebut. Saya pun ikut berpartisipasi dalam proses pengajaran. Awalnya saya mengajak beberapa anak untuk membuat hiasan mereka sendiri. Saya pun melipat bintang dengan menggunakan kertas kalender. Beberapa anak melihat saya dan ingin ikut melipat. Saya pun mengajari mereka, namun beberapa kali saya ajari, mereka juga tidak bisa melipatnya. Saya pun memaklumi karena melipat bintang masih cukup sulit untuk diterima oleh anak-anak TK. Namun, dari hal ini saya mendapatkan pengalaman baru, yaitu bahwa tidak semua hal yang kita ajarkan bisa diterima dan dimengerti oleh anak-anak. Oleh karena itu, kita harus sadar apakah bahan yang kita ajarkan bisa mereka terima atau tidak, serta harus sabar dan melihat sesuatu dari sudut pandang anak-anak juga.

Zukhrini Khalisah
Proses micro teaching yang saya jalani ini memberikan tambahan ilmu dan pengalaman. Bebagi ilmu dengan adik - adik TK Dhama Pancasila yang lucu dan antusias memberi penguatan tersendiri bagi saya untuk semangat mebagikan ilmu. Saya juga menyadari betapa beratnya menanamkan pengetahuan dan kesan moral yang baik bagi anak - anak. Saat proses berlangsung banyak juga anak - anak yang sangat aktif, berlari - lari, rebutan dan saling bersaing demi mendapat perhatian, hal itu membuat saya kewalahan menghadapi anak -anak tersebut. Jadi sebagai pengajar, saya merasa tertuntut untuk memberikan perhatian yang seimbang. Menjadi guru memang harus cerdas, cermat, adil, dan sabar. Saya senang bisa berbagi sedikit ilmu yang saya miliki kepada mereka.