Di awal abad ke-20, disiplin psikologi yang baru terbentuk sedang mencari arah dan fokus. studi Watson tentang perilaku dengan tujuan menjelaskan hubungan antara stimuli dan respon menjadi perspektif dominan. asumsi utana behaviorisme adalah bahwa perilaku yang dapat diamati adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling sederhana dari perilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral.
pengkondisian refleks dalam eksperimen Bekheterev dan PAvlov merefleksikan asumsi ini dan mendemonstrasikan bahwa relasi natural antara stimulus dan refleks yang terasosiasikan dapat diubah. riset ini memuat asumsi bahwa sebab-sebab dari perilaku yang kompleks akan dapat diungkap.
melatih refleks untuk merespons stimulus baru dibutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus yang secara alamiah memunculkan refleks.sebagai hasilnya, stimulus yang dikondisikan (CS) akan menimbulkan respons yang dikondisikan (CR). ini disebut pengkondisian klasik. mosel ini menjelaskan respons hewan terhadap petunjuk atau isyarat yang diasosiasikan dengan bahaya dan identifikasi metode untuk menghadapi reaksi maladaptif pada hewan dan manusia. selain itu, model ini menjelaskan perkembandan conditional-compensatory responses (CCRs) terhadap petunjuk sebelum pemberian obat dalam latar yang biasa untuk pemberian obat. fenomena ini menjelaskan toleransio obat dan overdosis obat.
selain mengajak orang lain untuk mendukung pendapat behaviorisme yang didasarkan pada pengkondisian klasik, Watson juga mengembangkan teori emosi behavioral. doa berpendapat bahwa kehidupan emosi orang dewasa bersumber dari pengkondisian reaksi emosional insting (cinta, marah, takut) terjadap berbagai macam objek dan peristiwa. Watson menunjukkan teorinya dalam eksperimen dengan albert, bayi usia 11 bulan. reaksi takut Albert dikondisikan ke tikus putih dan reaksi ini ditransfer ke kelinci putih. periset lain, Mary Cover Jones, menunjukkan penghapusan pengkondisian reaksi takut anak dengan pelan-pelan memperkenalkan objek yang ditakuti saat anak melakukan aktivitas yang disenanginya.
riset baru-baru ini mengindikasikan bahwa reaksi parental yang dipasangkan dengan stimulus baru seperti laba-laba mainan dari karet, akan memengaruhi aktivitas untuk mengawali pelajaran sekolah yang cenderung menimbulkan reaksi pendekatan ketimbang reaksi penghindaraan atau kecemasan.
riset Thorndike terhadap hewan adalah meneiliti perilaku mandiri hewan, bukan reaksi refleksnya. setelah melihat makin cepatnya hewan berhasil mencapai makanan, dia menyimpulkan bahwa respon yang tepat "tertanam" melalui asosiasi dengan akses ke makanan, yakni suatu keadaan yang memuaskan (hukum efek). risetnya tentang transfer belajar mengindikasikan bahwa training pada tugas tertentu hanya memfasilitasi belajar pada tugas yang sama, dan bahwa mata pelajaran sekolah yang sulit tidak berfungsi sebagai latihan mental untuk memperkaya keterampilan berpikir.
dia pendekatan belajar lainnya, yang disebut teori S-R, dikembangkan oleh Clark Hulk dan Edwin Guthrie. Hull mendeskripsikan penguatansebagai pemenuhan kebutuhan biologis dan Guthrie mengidentifikasikan prinsip belajar tunggal, asosiasi atau kontinguitas dari stimulus dan respons.
Psikologi Gestalt berfungsi sebagai penentang behaviorisme di pertengahan abad ke-20. Psikolog Gestalt berpendapat bahwa yang diteliti seharusnya perilaku molar, bukan molecular. Psikolog Gestalt fokus pada persepsi dalam belajar. organisme merespins keseluruhan ketimbang stimuli spesifik, organisasi stimuli memengaruhi persepsi, dan individu membangun persepsi ketimbang hanya menerima informasi secara pasif. karakteristik tampilan stimulus yang memengaruhi persepsi adalah komprehensivitas dan stabilitas gambaran (hukum Pragnanz), dan karakteristik lain yang memberi kontribusi pada kelengkapan struktur atau pola.
No comments:
Post a Comment