Monday, December 16, 2013

Laporan Observasi SMK Tritech Informatika Medan

BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang Sekolah

1.      Identitas Sekolah
Nama Sekolah                                     : SMK Tritech Informatika Medan
Nomor Pokok Sekolah Nasional         : 10261412
Bidang Keahlian                                 : Teknik Informasi dan Komunikasi
Program Keahlian                               : Teknik Komputer Dan Informatika
Kompetensi Keahlian                          : TKJ – Multimedia – RPL
Alamat                                                : Jln. Bhayangkara No. 522 CDE Medan
Website                                               : http://www.tritech.sch.id
Status Sekolah / Akreditasi                 : Swasta / -
Email                                                   : smktritech@gmail.com

2.      Visi dan Misi Sekolah
VISI
·         Menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional

MISI
·         Siswa/i mampu menguasai komputer software dan hardware serta  jaringan IT
·         Melahirkan generasi yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan
B.     Data Observer
Observer merupakan kelompok 6 pada mata kuliah Psikologi Belajar Tahun Ajaran 2013 yang terdiri dari empat orang yaitu:
Observer I
Nama         :Rony Syahputra
NIM          : 111301048

Observer II
Nama         : Putra Pratama
NIM          : 101301100
Observer III
Nama         : RM Afif Handri Nabawi
NIM          : 121301010
Observer IV
Nama         : Ikhsan Pratama
NIM          : 121301018

C.    Kondisi Fisik Kelas
Hari & Tanggal Observasi                : Senin, 18 Oktober 2013
Kelas yang di Observasi                   : X MM 3 Reguler
Mata Pelajaran                                  : Alur Proses Produksi Produk Multimedia
Nama Guru yang Mengajar               : Dedi Leman, S.Pd.
Waktu Observasi                              : 08.30 - 09.15 WIB
Jumlah Siswa                                    : 27 Orang
Alat Observasi                                  : Pena, Buku Catatan, Jam
Media Pembelajaran                          :
Guru              :
·         Laptop
·         LCD
·         Spidol
·         Whiteboard
Siswa                        :
·         LKS,
·         Laptop pribadi
Situasi Fisik Kelas
1)      Kursi chitos     : 27 buah
2)      Kursi guru         : 2 buah
3)      Meja guru         : 1 buah
4)      AC                   : 1 buah
5)      Kipas                : 1 buah
6)      LCD TV           : 1 buah
7)      Whiteboard      : 1 buah
8)      Mading             : 1 buah
9)      Jam dinding       : 1 buah
10)  Lukisan             : 1 buah
11)  Sapu                 : 3 buah
12)  Tong sampah    : 1 buah

D.    Hasil Observasi
Pada tanggal 18 Oktober 2013 kelompok 6 melakukan tugas observasi proses belajar yang terjadi di SMK Tritech Medan yang beralamat di jalan Jl. Bhayangkara No. 522 Medan. Kelompok mendapatkan kesempatan untuk mengobservasi Kelas X MM 3 Reguler. Kami mulai melakukan observasi di dalam kelas pukul 08.30 WIB. Pada saat awal melakukan observasi terdapat 27 orang siswa. 15 orang siswa duduk di atas lantai, delapan orang lainnya duduk di kursi dan ada empat orang siswa sedang melakukan scotchjump. Pada saat empat orang siswa melakukan scotchjump, siswa yang lain sedang mengobrol dengan teman-temannya. Kelas tersebut memiliki tiga buah lampu yang berukuran panjang, namun hanya dua lampu yang hidup dan sebuah lampu tidak menyala. Sebuah AC yang menyala berada di sisi dinding belakang meja guru. Di bawah AC terdapat sebuah LCD TV yang sedang tidak menyala, kurang lebih berukuran sebesar 29 inch. Di bawah LCD TV juga tertempel sebuah whiteboard.
Setting tempat duduk kelas tersebut dibuat membentuk huruf U dimana kursi disusun tepat di sisi-sisi dinding. Meja dan kursi guru berada di sisi depan tengah kelas dan menjadi bagian pusat di dalam kelas tersebut. Bagian dinding kelas terdapat pintu masuk kelas terbuat dari kaca yang tembus pandang sehingga dari dalam kelas dapat melihat keluar kelas.
Pada saat siswa mengobrol dengan teman-temannya, guru yang sedang mengajar meminta siswa untuk berhenti mengobrol dan guru memberikan kami kesempatan untuk memperkenalkan diri satu per satu dan menyebutkan tujuan kedatangan kami. Kemudian guru yang sedang mengajar juga memperkenalkan diri. Nama guru tersebut adalah Pak Dedi. Pak Dedi mengajar mata pelajaran Alur Proses Produksi Multimedia. Pak Dedi mengajak siswanya untuk berdiskusi dan membicarakan hal-hal yang menarik bagi siswa serta bercanda dengan siswanya.
Dari awal memasuki kelas, siswa-siswa mengobrol dengan teman-temannya dikarenakan Pak Dedi sedang memberikan hukuman kepada siswa-siswa yang tidak mengerjakan PR. PR yang menjadi tugas siswa adalah mengisi LKS (Lembar Kerja Siswa). Dari 27 siswa dalam kelas tersebut hanya delapan orang yang mengerjakan PR. Siswa yang tidak mengerjakan PR LKS diberikan hukuman yaitu duduk di lantai. Setelah mereka duduk di lantai mereka juga diberikan hukuman melakukan scotchjump. Setelah proses hukuman diberikan Pak Dedi, kemudian Pak Dedi memberikan instruksi kepada siswa untuk kembali mengerjakan PR LKS tersebut di dalam kelas dan siswa yang diberikan hukuman tetap duduk di atas lantai serta diberikan waktu untuk mengerjakannya selama 25 menit. Dalam proses pengerjaan PR LKS, beberapa siswa mengobrol dan siswa lain fokus mengerjakan LKS nya. Sambil mengerjakan PR LKS, Pak Dedi mengabsensi siswa dengan membacakan nama siswa satu persatu.
Setting kelas dengan dinding kaca membuat siswa dapat melihat keluar kelas dan lima orang siswa terlihat mengamati kondisi di luar kelas. Kelas X MM 3 reguler berhadapan dengan kelas X MM 1 yang saat itu sedang belajar mengenai pendidikan jasmani. Kelas tersebut sedang memutar video dengan menggunakan LCD TV yang dapat terlihat dengan jelas dari kelas X MM 3 reguler. Kemudian, empat orang siswa dari Kelas X MM 3 melihat video yang di putar di kelas tersebut.
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, LKS dikumpulkan oleh Pak Dedi. Kemudian Pak Dedi menyalakan LCD TV dan menyambungkan LCD TV tersebut ke Laptop. Siswa yang sedang mengobrol dengan teman-temannya kemudian berhenti mengobrol dan menyaksikan LCD TV yang akan segera menyala. Setelah siswa fokus kembali Pak Dedi memutarkan video-video iklan. Iklan yang ditampilkan tidak hanya iklan terbaru tetapi juga iklan yang dibuat tahun 1970 an. Setelah itu Pak Dedi memberikan instruksi kepada siswa untuk mengeluarkan laptop. Pada saat seluruh siswa mengeluarkan laptop, delapan orang siswa tidak membawa laptop. Kemudian Pak Dedi bertanya kepada siswa alasan mereka tidak membawa laptop. Alasan para siswa adalah lupa membawa laptop. Kelas pun dilanjutkan, Pak Dedi yang sudah mulai memberi penjelasan, tiba-tiba listrik padam dan siswa kembali mengobrol. Setelah pemadaman listrik tersebut kelompok observer berpamitan dengan Pak Dedi dan siswa-siswa di kelas tersebut dikarenakan waktu observasi kelas sudah selesai.



BAB II
Landasan Teori dan Analisis Hasil Observasi

A.    Pembahasan Kondisi Kelas
Sekolah SMK Tritech Informatika merupakan sekolah dengan fasilitas yang cukup lengkap untuk ukuran sekolah menengah kejuruan. Sekolah ini berangkat dengan visi menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional. Dari visi tersebut tercerminlah sebuah sekolah yang berstandar internasional, dimana di dalam setiap  kelas terdistribusi sarana yang mendukung proses pembelajaran seperti LCD TV yang dapat terhubung dengan komputer/laptop. Selain itu sarana pendukung seperti AC menambah kenyamanan siswa belajar.
Kondisi kelas sudah efektif untuk terlaksananya proses belajar. Jumlah siswa dalam kelas juga tidak terlalu banyak. Ditambah dengan susunan tempat duduk yang membentuk huruf U juga menambah kelas semakin kondusif dimana guru dapat mengatur atau mengkondisikan kelas secara utuh. Kelompok hanya sedikit melihat kekurangan dari kondisi fisik kelas yaitu pencahayaan yang sedikit redup yang mungkin dikarenakan kondisi bola lampu yang harusnya sudah diganti dengan yang baru, sehingga pencahayaan tidak mengganggu proses belajar mengajar. Selain itu kondisi salah satu sisi dinding yang kaca dapat melihat kondisi diluar, hal ini dirasa menjadi pengganggu konsentrasi belajar siswa di mana siswa bisa setiap saat melihat keluar kelas setiap saat.
B.     Pembahasan Sistem Pembelajaran dikaitkan dengan Teori

1.      Pengkondisian Berpenguat Skinner
Skinner (1953) mengidentifikasi tiga komponen penting dari perubahan-perilaku, yakni:
a.       Kesempatan dimana perilaku terjadi
b.      Perilaku itu sendiri
c.       Konsekuensi dari perilaku
Respon sering diberikan pada lingkungan untuk menghasilkan konsekuensi yang berbeda, dan konsekuensi tertentu menimbulkan pengulangan respon. Sebagai contoh bila seseorang menyenandungkan sebuah lagu kemudian mengharapkan mendapatkan sebuah pujian ataupun tepuk tangan. Bila itu terjadi maka konsekuensi dari perilaku tersebut akan adanya peningkatan frekuensi dari perilaku menyanyi. Skinner menamakan respon ini sebagai berpenguat. Secara khusus penguatan adalah setiap konsekuensi behavioral yang memperkuat perilaku; yaitu, penguat meningkatkan frekuensi respons. Kejadian yang menguatkan adalah hasil yang diproduksi oleh berpenguat yang mengubah organisme sedemikian rupa sehingga perilaku itu di ulang. Skinner mengidentifikasi komponen belajar sebagai stimulus diskriminatif (SD), Respon (R) dan stimulus penguat (Sreinf)
Pada kelas X MM3 Reguler guru memberikan reinforcement kepada siswa di dalam kelas. Di mana pada pertemuan sebelumnya guru memberikan Pekerjaan Rumah kepada siswa (stimulus) kemudian pada pertemuan berikutnya guru mengumpulkan pekerjaan rumah. Siswa ada yang mengerjakan dan ada yang belum mengerjakan (Respon) setelah itu guru memberikan reinforcement dari perilaku yang dimunculkan yaitu dengan memberikan reinforcement negatif bagi yang tidak mengerjakan PR LKS disuruh duduk di lantai. Selain itu guru juga memberikan hukuman yaitu melakukan scotchjump. Untuk siswa yang mengerjakan tugas tetap duduk di kursi (Reinforcement positif). Pada proses pembelajaran yang dilakukan, guru memberikan reinforcement di mana reinforcement positif dapat menguatkan perilaku dan akan meningkatkan frekuensi dari perilaku sehingga siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah akan mempertahankan perilakunya. Sedangkan bagi siswa yang tidak mengerjakan PR LKS diberikan reinforcement negatif dan hukuman dengan harapan siswa menghilangkan perilaku tersebut.
Dalam teori Skinner, terdapat prinsip utama penguatan. Dimana dinamika penguatan, agar efektif mengubah perilaku, penguatan harus terjadi seketika bersamaan dengan kondisi penguatan dan terkait langsung dengan perilaku itu sendiri. “Suatu penguat akan sangat kuat apabila ia diikuti dengan segera, optimal dengan hitungan detik” (Skinner, 1986b, h.97).
Dari dinamika penguatan, pengajar sudah melakukan hal yang tepat dimana konsekuensi langsung diberikan kepada siswa yang tidak mengerjakan PR LKS. Hukuman dan reward langsung diberikan pada saat perilaku terjadi dimana sesuai dengan teori Skinner yaitu perilaku penguatan akan optimal bila langsung diikuti dengan penguatan itu sendiri.
Teknik kontrol yang paling umum adalah hukuman (Skinner, 1953). Niat dari tindakan ini adalah untuk mereduksi frekuensi perilaku tertentu. Dari perspektif pengkondisian berpenguat, perilaku mungkin dihukum dengan dua cara:
1.         Penghilangan penguat positif. Ini adalah model hukuman dimana ketika seseorang berperilaku buruk maka lingkungan langsung mengarahkan ketidaksetujuan atas perilaku tersebut. Contoh pada hasil observasi, adalah ketika guru tidak setuju bila ada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Hal ini merupakan bentuk dari penghilangan penguat positif.
2.         Penambahan penguatan negatif. Model hukuman ini adalah dengan memberikan tambahan penguatan negatif pada situasi dimana saat perilaku tersebut terjadi, misalnya adalah dengan menghukum siswa yang ribut di kelas dengan memberikan tugas menuliskan “saya tidak akan bicara di kelas’ sebanyak 50 kali.
Pada Kelas X MM3 Reguler guru menerapkan sistem hukuman yang kedua di mana siswa yang tidak mengerjakan PR LKS diberikan hukuman duduk di lantai,  scotchjump dan setelah itu guru mempersilahkan siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah kembali mengerjakan pekerjaan tersebut dalam kelas.
Guru yang mengajar di kelas X MM3 reguler berusaha menerapkan teori yang di keluarkan oleh Skinner. Dimana usaha sang guru menghadirkan stimulus kemudian memberikan konsekuensi atas respon dari stimulus yang ada.

2.      Kondisi Belajar Robert Gagne

Sembilan tahapan belajar Gagne adalah konsep pemrosesan kognitif pada analisis pembelajaran dari Robert Gagne. Sembilan tahapan ini pada dasarnya harus diberlakukan secara berurut karena merupakan aspek pemrosesan yang penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Sembilan tahapan belajar Gagne dikategorisasikan berdasarkan 3 tahapan umum. Yaitu persiapan belajar, akuisisi dan kinerja dan transfer belajar.

1.      Persiapan belajar
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mempersiapkan diri untuk belajar. Termasuk didalamnya adalah memperhatikan stimuli pada proses pembelajaran yang dapat berupa objek bergerak maupun diam, ucapan, tulisan maupun gambar.  Pada dasarnya stimulus-stimulus ini adalah pembangunan harapan pembelajaran demi tercapainya tujuan belajar. Pada dasarnya persiapan belajar melibatkan proses pengambilan informasi yang relevan kemudian dimasukkan ke dalam ingatan kerja.
2.      Akuisisi dan kinerja
Merupakan fase inti dari pembelajaran.  Mengenali stimuli, memilih stimuli yang relevan dari lingkungan, memberikan makna dan mentransfer informasi ke ingatan jangka panjang, kemudian mengambil kembali informasi dan merespon, adalah hal yang terjadi pada tahapan ini.  Dari tahapan ini, pengkodean (encoding) adalah tahapan sentral dan penting dalam belajar. Tanpanya, belajar tidak akan terjadi.
3.      Transfer belajar
Tahapan terakhir dari belajar dimana pembelajar diberi kesempatan untuk mengaplikasikan  aktifitas belajar ke dalam situasi baru dan membangun petunjuk  tambahan (misalnya pengalaman) untuk diingat kembali kelak.
Pada kelas yang diobservasi, kelompok melihat adanya indikasi dari teori belajar Gagne yang dapat diaplikasikan pada kondisi kelas pada saat observasi. Berikut kami tampilkan tahapan belajar pada teori belajar Gagne.
Tabel 1. Asumsi Dasar Kondisi Belajar Gagne
Deskripsi
Tahapan
Fungsi
Aplikasi dalam observasi
1. Persiapan belajar
1. Memperhatikan
Memberikan peringatan bagi pemelajar
Mengorientasikan
Murid memperhatikan  ketika guru memberikan PR
2. Harapan

Pemelajar pada tujuan belajar

Pengharapan guru agar PR dapat diselesaikan dengan baik
3. Pengambilan kembali (informasi yang relevan dan keterampilan) untuk dibawa ke ingatan kerja
Memberi ingatan tentang kapabilitas yang diperlukan

Adanya proses feedback dari guru pada hasil pengerjaan PR
2. Akuisisi dan kinerja
4. Persepsi selektif
terhadap ciri stimulus

Membangkitkan penyimpanan pada stimulus penting secara temporer di dalam ingatan kerja
Murid hanya memperhatikan instruksi guru, tidak dari temannya

5. Pengkodean semantik

Transfer  ciri stimulus dan informasi terkait ke dalam ingatan jangka panjang
Murid mengingat pengerjaan PR dan pelajaran mengenai iklan

6. Pengambilan kembali dan respons

Mengembalikan informasi yang tersimpan ke penggerak respons individual dan mengaktifkan respons

Murid merespon dengan memberikan tanggapan

7. Penguatan
Mengkonfirmasi harapan pemelajar
tentang tujuan belajar
Guru memberikan reinforcement kepada siswa
3. Transfer Belajar
8. Pengambilan petunjuk

Memberikan petunjuk  tambahan untuk peringatan kapabilitas di waktu mendatang
Guru menjelaskan dan menunjukkan beberapa iklan

9. Kemampuan generalisasi
Memperkaya transfer belajar ke situasi baru
Pengetahuan mengenai iklan dapat mereka gunakan dalam pengerjaan tugas.


BAB III
Kesimpulan dan Saran

A.    Kesimpulan
Dari hasil observasi yang berjalan kurang lebih empat puluh lima menit kelompok menarik kesimpulan bahwa hasil observasi pada kelas X MM3 Reguler dapat dikaitkan dengan teori pembelajaran Skinner. Dimana guru dengan sadar memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu guru juga memakai konsep stimulus, respon dan konsekuensi dalam praktik mengajar di dalam kelas.
      Kondisi belajar dengan memberikan reinforce adalah salah satu cara efektif untuk diterapkan dalam proses belajar di kelas, karena diharapkan siswa dapat mempertahankan perilaku-perilaku yang baik bila mendapatkan penguatan positif, begitu juga sebaliknya siswa juga diharapkan menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak baik seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah bila mendapatkan hukuman.

B.     Saran
Secara keseluruhan fasilitas pada kelas X MM3 reguler sudah lengkap hanya saja kelompok menyarankan kepada pihak sekolah agar memperhatikan kondisi penerangan. Bila lampu sudah berkurang kualitasnya hendaknya diganti segera dengan lampu yang baru. Selain itu kelompok juga menilai bahwa kondisi dinding kaca pada kelas di rasa mengganggu proses belajar di karenakan fokus konsentrasi siswa berpeluang terpecah dikarenakan kondisi hingar bingar di luar kelas.



Daftar Pustaka
Gtedler, Margaret. E., (2011). Learning and instruction: teori dan aplikasi. Jakarta:              Kencana





















Sunday, December 15, 2013

Perspektif Kognitif : II. Metakognitif dan Pemecahan Masalah

Riset terhadap perbedaan antara ahli dan pemula dalam hal pemecahan masalah mengindikasikan adanya peran utama dari pengetahuan dan keterampilan metakognitif dalam berpikir. Basis pengetahuan yang luas dari pakar juga memungkinkan digunakannya memori jangka pendek dan panjang secara efisien.
Selain menyimpan pengetahuan lebih banyak, ahli dalam sains dan matematika mengodekan masalah dan prosedur/solusi dalam skema yang ditata di seputar prinsip yang lebih tinggi dalam ranah itu. Mereka juga mencurahkan waktu untuk mengonstruksi representasi masalah, mengaplikasikan skema yang dikembangkan dengan baik, dan menguji dan memonitor strategi mereka di sepanjang proses. Dalam ilmu kemanusiaan, ahli akan mengonstruksi penjelasan situasi atau peristiwa yang merefleksikan pencarian dan identifikasi pola pengetahuan, dan mereka juga mengecek dan mengecek silang deduksi yang mereka buat.
Perspektif berbeda tentang pemecahan masalah, yakni teori muatan kognitif, membahas keterbatasan memori kerja dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang membuat materi sulit dipelajari. Teori ini membahas pengaruh muatan kognitif tambahan, intrinsic, dan yang relecan dalam perolehan dan automasi skema.
Empat kondisi umum untuk pembelajaran metakognitif adalah : a) pembelajaran dengan kesadaran akan kegunaan; b) kriteria kinerja dan penilaian yang membutuhkan aktivitas metakognitif; c) member contoh strategi dengan penguatan; dan d) latihan ekstensif dalam situasi yang berbeda dengan penguatan. Juga, buku pengangan kelas dan bantuan belajar lainnya tidak boleh menggantikan atay mengompensasi strategi metakognitif. Selama pembelajaran, diskusi kelas singkat dapat mengeksplorasi tujuan strategi metakognitif dan mengeksplorasi hubungan antara kondisi tugas, strategi, dan prosuk dari tugas-tugas yang berbeda. Monitoring diri dan evaluasi juga dimasukkan sebagai bagian  dari pembelajaran keterampilan metakognitif.

Masalah tipikal yang menghambat implementasi strategi oleh siswa adalah : a) kegagalan untuk mengenali kondisi tugas; b) persepsi keliru atas kondisi tugas; dan c) kegagalan untuk mengenali telasi antara kondisi tugas dan kinerja. Selain itu, melepaskan strategi lama yang tidak efektif merupakan hal yang sulit bagi siswa. Strategi baru membutuhkan usaha tambahan dan biasanya memerlukan latihan yang ekstensif.