Monday, September 16, 2013

Pendahuluan Psikologi Belajar

upaya awal untuk memahami belajar adalah melalui kebijakan tradisional, yang biasanya didasarkan pada pengalaman, dan melalui filsafat. dalam kebijaksanaan tradisional adalah informasi itu dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda-beda. sebaliknya, meski filsafat merupakan keyakinan yang terstruktur, filsafat yang berbeda mencerminkan pandangan yang berbeda pula. meski riset dunia fisik dimulai sejak 1500-an, riset terhadap proses psikologis masih ketinggalan. kejadian yang mengawali riset psikologis adalah munculnya konsep[ empirisme ilmiah dan konsep perubahan dalam kemunculan spesies yang diperkenalkan oleh Darwin. riset terhadap proses psikologis dimulai di laboratorium Wundt, dan beberapa tahun kemudian diikuti dengan pengumpulan data di-setting pendidikan.banyak dari data itu ternyata tidak menambah pemahaman tentang praktik pendidikan. pada saat yang hampir sama, pada tahun 1920-an, teori belajar awal mulai bermunculan untuk memberikan kerangka bagi riset
tiga kriteria yang penting untuk setiap riset adalah : seperangkat asumsi yang jelas tentang aspek belajar yang dibahas oleh teori, definisi yang jelas dari istilah penting, dan prinsip spesifik yang diambil dari asumsi yang dapat diuji melalui riset. syarat keempat yang hanya berlaku untuk teori belajar, adalah teori harus menjelaskan dinamika psikologis dasar dari kejadian yang memengaruhi belajar. peran teori belajar adalah berbeda dari peran filsafat dan model pengajaran. filsafat merepresentasikan sistem nilai umum dan membahas term yang abstrak dan luas, seperti hakikat alam dan pengetahuan. model pengajaran mendeskripsikan lingkungan belajar tertentu, seperti belajar kooperatif dan instruksi langsung. sebaliknya, teori belajar fokus pada pedoman pengembangan belajar.
toeri belajar dan teori perkembangan kognitif Piaget adalah teori universal yang artinya mereka mengidentifikasikan peristiwa esensial dari belajar atau perkembangan kognitif yang berlaku universal - dalam setiap setting belajar dan pada setiap siswa. pada akhir abad 20-an, muncul perhatian pada faktor personal dan sosial. diantaranya adalah atribusi siswa pada kesuksesan dan kegagalan, kecakapan diri dan orientasi tujuan dari kelas dan siswa.
pendapat konstruktivis mengenai sifat pengetahuan banyak mereduksi atau mengesampingkan peran realitas eksternal dalam produksi pengetahuan. pendapat konstruktivis sosial radikal mengatakan bahwa pengetahuan sepenuhnya adalah peran dari proses sosial. objek-objek adalah artefak sosial dan teori ilmiah hanya merefleksikan ilmu sosial tempat dimana teori itu muncul. salah satu perspektif konstruktuvis sosial radikal berpendapat bahwa tugas menjelaskan dunia adalah proses linguistik, bukan proses kognitif.
problem utama dalam kontruktivisme sosial radikan yang dikemukakan oleh sebagian sarjana adalah : a) kesimpulan tidak logis bahwa ilmuwan akan mengembangkan teori yang berbeda jika mereka hidup di masyarakat yang berbeda; b) penalaran logis dan bukti ilmiah/fisik bukan kriteria untuk menerima suatu teori. implikasinya bagi ilmu pendidikan adalah a) juka pengetahuan adalah produk dari konvensi sosial, maka pendidikan hanya perlu memastikan bahwa ide-ide akan sesuai dengan kepentingan yang kuasa; b) pengembangan kemampuan kritis siswa tidak diperlukan jika tidak ada basis untuk menilai teori sebagai salah atau tidak masuk akal. dengan kata lain, kebijakan pendidikan akan diidentifikasi berdasar kacamata kepentingan kelompok.

No comments:

Post a Comment