Friday, October 25, 2013

Testimoni Matakuliah Psikologi Belajar Sampai Dengan UTS

pada saat awalnya, setelah saya mengambil matakuliah psikologi belajar pada saat KRSan, saya merasa kebingungan dan ingin PKRS pada matakuliah ini. karena saya merasa pada semester 7 ini saya akan sangat sibuk. pada akhirnya saya tetap mengambil mata kuliah ini. matakuliah psikologi belajar cukup menyenangkan karena kuliah dapat dilakukan tidak hanya dikelas namun dapat dilakukan secara online dan diskusi kelompok online. kuliah online dapat membuat mahasiswa menjadi aktif yang terlihat dari banyaknya komentar yang diberikan mahasiswa pada saat kuliah online dan sama halnya dengan diskusi online. namun, pada saat kuliah di kelas, mahasiswa menjadi diam dan hanya beberapa orang saja yang berani mengungkapkan pendapatnya. hal ini menjadi masalah tersendiri di kelas. kemudian, bu dina memberikan tugas membahas permasalahan yang terjadi di kelas dengan metode Problem Based Learning. hasil dari diskusi dengan menggunakan metode PBL kemudian dilaksanakan didalam kelas. hal ini memberikan perubahan di dalam kelas. mahasiswa mulai berani memberikan pendapatnya, meskipun lebih banyak yang diam dan mendengarkan. UTS yang dilakukan pada matakuliah psikologi belajar menggunakan metode mengirim soal ujian dengan menggunakan email dan langsung dijawab pada email tersebut. hal ini merupakan pengalaman baru bagi saya meskipun saya sudah pernah mengikuti ujian dengan sistem online namun melalui blog. metode ini menurut saya cukup baik karena saya dapat mengikuti UTS dimana pun selama memiliki jaringan internet dan perlengkapan yang mendukung seperti komputer atau laptop.

Sunday, October 20, 2013

Teori Perkembangan Psikologi Kultural-Historis Lev S. Vygotsky

ada beberapa asumsi dasar Teori Kultural-Historis Vygotsky, yaitu 1) riset pada perilaku hewan tidak dapat menjelaskan perilaku manusia. 2) manusia adalah makhluk rasional yang mendapatkan kontrol atas perilaku mereka melalui perkembangan kapabilitas intelektual yang kompleks. 3) perkembangan kognitif adalah proses dialektikal kompleks yang mencakup transformasi kualitatif dari beberapa proses ke proses lain dan interaksi kompleks dari faktor-faktor internal dan eksternal. 4) a. melalui perkembangan dan penggunaan alat-alat, manusia mengubah baik itu alam maupun dirinya sendiri. b. perangkat psikologis yang memengaruhi perkembangan kognitif adalah tanda dan simbol dari kultur yang digunakan untuk berpikir. 5) proses kognitif harus dipelajari dengan cara yang dapat mengungkapkan hakikat dinamika dan perubahannya.
lambang-lambang adalah stimuli artifisial yang diperkenalkan ke dalam tugas psikologis yang mengubah hakikat dari aktivitas mental. eksperimen Vygotskian mengidentifikasi empat tahap dalam belajar untuk menggunakan lambang guna menguasai pikiran. dalam tahap pertama, anak mengandalkan proses mental alamiahnya,  tetapi tidak sukses (tahap alamiah atau primitif). kemudian, dalam tahap psikologi naif, anak berusaha menggunakan stimuli bantuan, namun tidak mengetahui peran psikologisnya. pada tahap ketiga, penggunaan lambang eksternal, anak usia sekolah membuat hubungan verbal antara stimuli bantuan dan objek tugas. terakhir, pada level perkembangan yang lebih tinggi, individu mengonstruksi stimuli verbal internal untuk menguasai pemikirannya.
Vygotsky mengidentifikasi dua hukum yang berkaitan dengan penggunaan lambang. hukum pertama menyatakan arti penting transmisi dari bentuk perilaku langsung atau alamiah ke penggunaan lambang dalam tugas kognitif. hukum lainnya menekankan restrukturisasi pemikiran yang terjadi dalam transisi dari pengandalan lambang eksternal (stimuli bantuan) ke pemikiran verbal internal.
menurut Vygotsky, usaha terdahulu untuk menjelaskan hubungan wicara dengan pemikiran belumlah memadai. periset tidak memahaminya sebagai kapabilitas terpisah yang muncul pada tahap tertentu dari perkembangan. tahap pertama perkembangan wicara adalah pra-intelektual; ini termasuk tangis bayi, kemudian berceloteh dan mengeluarkan berbagai suara untuk membuat kontak dengan orang lain. tahap kedua, wicara otonom, yang terjadi sejak masa kelahiran anak, dan terdiri dari kata-kata yang diucapkan bayi. tetapi mereka berfungsi hanya dalam situasi konkret dengan anggota keluarga dan orang-orang yang dekat dengan anak.
tahap psikologi naif melibatkan penggunaan kata-kata dewasa sederhana. meskipun anak memahami fungsi kata sebagai penamaan, dia tidak memahami fungsi simboliknya sebagai kategori. sekitar usia tiga tahun, wicara anak dibagi menjadi wicara komunikatif (bicara dengan orang lain) dan egosentris (bicara dengan diri sendiri). wicara egosentris pada mulanya mengiringi aktivitas anak dan kemudian beralih ke fungsi perencanaan. ini adalah awal dari pemikiran verbal anak. tahap terakhir, wicara intelektual atau internal, dimulai sekitar tujuh tahun tetapi baru berkembang penuh pada usia remaja. struktur dasar wicara egosentris anak beralih ke dalam dan menjadi wicara internal.
Vygotsky menekankan fungsi mental yang komplek mengenai persepsi kategoris, memori logis, pemikiran konseptual, dan atensi yang diatur sendiri. potensi untuk pengembangan kapabilitas ini ditentukan oleh warisan kultural-historis dari kultur anak dan pengalaman sosial anak.
kunci untuk perkembangan fungsi mental yang kompleks adalah penguasaan lambang dan simbol kultur sebagai sarana untuk menguasai pemikiran. penciptaan dan pengguaan lambang arbiter mengubah sifat psikologis dari proses seperti persepsi, memori, dan atensi menjadi bentuk yang lebih kompleks.
prinsip dasar dalam perkembangan kognitif yang diidentifikasi oleh Vygotsky mencakup dua cabang perkembangan kognitif kultural, hukum penggunaan lambang, dan hukum umum genetik. yang esensial dalam perkembangan fungsi mental yang lebih tinggi adalah interaksi dengan orang dewasa yang berpengetahuan untuk mengembangkan baik itu makna simbil kultural maupun cara berpikir tentang kultur. yang juga penting dalam proses ini adalah imitasi dan penemuan oleh pemelajar dalam mengaplikasikan tindakan yang dicontohkan selama interaksi orang dewasa-siswa. 
kelemahan utama teori ini adalah Vygotsky tidak mampu menyempurnakan idenya sebelum kematiannya. jadi, pendidik mendapat garis besar umum namun hanya sedikit rincian penerapannya.
kontribusi utama teori ini antara lain peran lambang dan simbol kultural dalam belajar dan perkembangan, pengenalan kontribusi psikologis dari tahapan penggunaan lambang dalam pengembangan berpikir dan pentingnya interaksi sosial dengan "bentuk ideal" dari perilaku selama belajar.

Sunday, October 13, 2013

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

tujuan dari upaya Piaget adalah menemukan karakteristik dari logika alamiah, yang terdiri dari proses penalaran yang dibangun oleh individu pada berbagai fase dalam perkembangan kognitif. pertama, dia tidak mendukung pendapat  tentang pengetahuan sebagai informasi statis yang berada di dalam objek dan peristiwa yang terpisah dari individu. dalam karya Piaget, pengetahuan adalah proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasir yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan. karena itu, kecerdasan adalah proses yang terus berjalan dan berubah, dan aktivitas pemelajar menciptakan proses mengetahui. pertanyaan utama bagi psikologi karenanya adalah abgaimana pemelajar maju dari satu tahap konstruksi pengetahuan ke tahap selanjutnya.
transformasi dari salah satu bentuk penalaran ke bentuk yang lain tergantung kepada empat faktor esensial. mereka adalah lingkungan, kematangan. pengaruh sosial, dan proses yang disebut sebagai ekuilibrasi. peran ekuilibrasi adalah untuk mempertahankan fungsi kecerdasan ketika hal tersebut melakukan transformasi besar.
teori perkembangan kognitif Jean Piaget meredefinisikan kecerdasan, pengetahuan, dan relasi pemelajar dengan lingkungan. kecerdasan, seperti sistem biologikal, adalah proses berkelanjutan yang menciptakan struktur yang diperlukan untuk melangsungkan interaksi dengan lingkungan.
karakteristik esensial dari pemikiran logikal adalah konstruksi struktur psikologikal dengan karaktersitik partikular. secara spesifik, pemelajar secara jelas mengenali perubahan dan ketidakberubahan situasi, memahami operasi kebalikan untuk setiap transformasi, dan mengidentifikasi solusi masalah sebagai keniscayaan logikal.
perkembangan cara berpikir individual yang berbeda sejak bayi sampai dewasa mencakup skema tindakan bayi, praoperasi, operasional konkret, dan operasional formal. proses kontruksi masing-masing struktur yang lebih kompleks adalah asimilasi dan akomodasi yang diatur oleh penyeimbang.
peran pendidikan menuru Piaget adalah mendukung riset spontan oleh anak. eksperimen dengan objek ril dan interaksi dengan teman, yang didukung oleh pertanyaan dari guru, memungkinkan anak untuk mengonstruksikan pengetahuan fisika dan logika matematika. persyaratan utam untum kurikulum adalah kesempatan yang luas bagi anak untuk berinteraksi dengan dunia fisik melalui berbagai cara, memperbaiki kesalahan mereka dan mengembangkan jawaban melalui interaksi dengan teman.
masalah utama dalam implementasi ide Piaget berasal dari perspektif yang berbeda mengenai kecerdasan, pengetahuan, dan belajar. usaha yang kuat untuk mengubah perspektif seseorang mengenai kecerdasan dan pengetahuan sebagai produk ke perspektif yang memandang konsep ini sebagai proses.
pengembangan kurikulum, menurut Piaget membutuhkan usaha dan kerja keras seperti diperlihatkan sendiri oleh Piaget. implementasi kurikulum Piagetian juga diperumit oleh fakta bahwa teorinya mengesampingkan relasi antara pemikaran logis dan kurikulum dasar, seperti membaca dan menulis.

Saturday, October 5, 2013

Model Kognitif dan Teori Motivasi Akademik

Tiga perspektif (model ekspektasi nilai, model orientasi tujuan, dan teori atribusi) memfokuskan pada factor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa dalam aktivitas yang terkait prestasi. Mereka berpendapat bahwa motivasi berkembang dari interaksi kompleks lingkungan dengan factor internal, individu adalah pengolah informasi yang aktif, dan keyakinan yang terkait dengan prestasi adalah informasi eksplisit. Model ekspektasi nilai juga berpendapat bahwa ekspektasi kesuksesan siswa adalah determinan utama dari pilihan tugas (pelajaran), kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja actual. Pengaruh langsung pada nilai-nilai ini adalah memori afektif siswa dan tujuan serta schemata diri. Yang juga memengaruhi keyakinan adalah dunia sosial siswa dan persepsinya atas dunia itu, serta pengalaman sebelumnya yang berkaitan dengan prestasi.
Sebaliknya, model orientasi tujuan membahas alasan siswa untuk terlibat dalam tugas akademik karena alasan itu memengaruhi strategi kognitif siswa, pilihan tugas, dan persepsi kompetensi. Jenis utamanya adalah orientasi penguasaan atau belajar, yang menimbulkan strategi tugas positif; pendekatan kinerja; dan orientasi penghindaran kinerja. Dua orientasi yang disebut terakhir itu fokus pada pemerolehan penilaian yang baiok atas kompetensi seseorang dan menghindari penilaian yang buruk. Kedua orientasi itu menimbulkan keterlibatan superficial dengan pokok masalah.
Perspektif ketiga, teori atribusi, berpendapat bahwa pencarian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan, atribusi adalah sumber informasi yang kompleks, dan perilaku masa depan sebagian ditentukan oleh atribusi untuk kesuksesan dan kegagalan. Atribusi tipikal adalah kemampuanm usaha, kesulitan tugas, keberuntungan, orang lain, mood, atau sakit. mereka berbeda pada dimensi lokus kausalitas, stabilitas, dan keterkendalian, yang dapat menimbulkan ekspektasi yang berbeda tentang hasil masa depan dan emosi yang berbeda.

Di kelas, banyak ekspektasi kesuksesan anak, keyakinan kompetensi, dan keyakinan akan efektivitas usaha, biasanya menurun saat mereka masuk sekolah menengah. Penurunan ini mungkin menimbulkan strategi pemeritangan diri dan strategi penghindaran lainnya. Namun, kelas fokus pada tujuan berorientasi penguasaan, member pilihan tugas pada siswa, dan pemberian pengakuan dan dukungan untuk usaha dapat mendorong siswa untuk lebih menghargai pengetahuan dan belajar.