Saturday, October 5, 2013

Model Kognitif dan Teori Motivasi Akademik

Tiga perspektif (model ekspektasi nilai, model orientasi tujuan, dan teori atribusi) memfokuskan pada factor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa dalam aktivitas yang terkait prestasi. Mereka berpendapat bahwa motivasi berkembang dari interaksi kompleks lingkungan dengan factor internal, individu adalah pengolah informasi yang aktif, dan keyakinan yang terkait dengan prestasi adalah informasi eksplisit. Model ekspektasi nilai juga berpendapat bahwa ekspektasi kesuksesan siswa adalah determinan utama dari pilihan tugas (pelajaran), kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja actual. Pengaruh langsung pada nilai-nilai ini adalah memori afektif siswa dan tujuan serta schemata diri. Yang juga memengaruhi keyakinan adalah dunia sosial siswa dan persepsinya atas dunia itu, serta pengalaman sebelumnya yang berkaitan dengan prestasi.
Sebaliknya, model orientasi tujuan membahas alasan siswa untuk terlibat dalam tugas akademik karena alasan itu memengaruhi strategi kognitif siswa, pilihan tugas, dan persepsi kompetensi. Jenis utamanya adalah orientasi penguasaan atau belajar, yang menimbulkan strategi tugas positif; pendekatan kinerja; dan orientasi penghindaran kinerja. Dua orientasi yang disebut terakhir itu fokus pada pemerolehan penilaian yang baiok atas kompetensi seseorang dan menghindari penilaian yang buruk. Kedua orientasi itu menimbulkan keterlibatan superficial dengan pokok masalah.
Perspektif ketiga, teori atribusi, berpendapat bahwa pencarian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan, atribusi adalah sumber informasi yang kompleks, dan perilaku masa depan sebagian ditentukan oleh atribusi untuk kesuksesan dan kegagalan. Atribusi tipikal adalah kemampuanm usaha, kesulitan tugas, keberuntungan, orang lain, mood, atau sakit. mereka berbeda pada dimensi lokus kausalitas, stabilitas, dan keterkendalian, yang dapat menimbulkan ekspektasi yang berbeda tentang hasil masa depan dan emosi yang berbeda.

Di kelas, banyak ekspektasi kesuksesan anak, keyakinan kompetensi, dan keyakinan akan efektivitas usaha, biasanya menurun saat mereka masuk sekolah menengah. Penurunan ini mungkin menimbulkan strategi pemeritangan diri dan strategi penghindaran lainnya. Namun, kelas fokus pada tujuan berorientasi penguasaan, member pilihan tugas pada siswa, dan pemberian pengakuan dan dukungan untuk usaha dapat mendorong siswa untuk lebih menghargai pengetahuan dan belajar.

No comments:

Post a Comment