Tiga
perspektif (model ekspektasi nilai, model orientasi tujuan, dan teori atribusi)
memfokuskan pada factor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa dalam
aktivitas yang terkait prestasi. Mereka berpendapat bahwa motivasi berkembang
dari interaksi kompleks lingkungan dengan factor internal, individu adalah
pengolah informasi yang aktif, dan keyakinan yang terkait dengan prestasi
adalah informasi eksplisit. Model ekspektasi nilai juga berpendapat bahwa
ekspektasi kesuksesan siswa adalah determinan utama dari pilihan tugas
(pelajaran), kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja actual.
Pengaruh langsung pada nilai-nilai ini adalah memori afektif siswa dan tujuan
serta schemata diri. Yang juga memengaruhi keyakinan adalah dunia sosial siswa
dan persepsinya atas dunia itu, serta pengalaman sebelumnya yang berkaitan
dengan prestasi.
Sebaliknya,
model orientasi tujuan membahas alasan siswa untuk terlibat dalam tugas
akademik karena alasan itu memengaruhi strategi kognitif siswa, pilihan tugas,
dan persepsi kompetensi. Jenis utamanya adalah orientasi penguasaan atau
belajar, yang menimbulkan strategi tugas positif; pendekatan kinerja; dan
orientasi penghindaran kinerja. Dua orientasi yang disebut terakhir itu fokus
pada pemerolehan penilaian yang baiok atas kompetensi seseorang dan menghindari
penilaian yang buruk. Kedua orientasi itu menimbulkan keterlibatan superficial dengan
pokok masalah.
Perspektif
ketiga, teori atribusi, berpendapat bahwa pencarian pemahaman adalah motivator
utama dari tindakan, atribusi adalah sumber informasi yang kompleks, dan
perilaku masa depan sebagian ditentukan oleh atribusi untuk kesuksesan dan
kegagalan. Atribusi tipikal adalah kemampuanm usaha, kesulitan tugas,
keberuntungan, orang lain, mood, atau
sakit. mereka berbeda pada dimensi lokus kausalitas, stabilitas, dan
keterkendalian, yang dapat menimbulkan ekspektasi yang berbeda tentang hasil
masa depan dan emosi yang berbeda.
Di
kelas, banyak ekspektasi kesuksesan anak, keyakinan kompetensi, dan keyakinan
akan efektivitas usaha, biasanya menurun saat mereka masuk sekolah menengah. Penurunan
ini mungkin menimbulkan strategi pemeritangan diri dan strategi penghindaran
lainnya. Namun, kelas fokus pada tujuan berorientasi penguasaan, member pilihan
tugas pada siswa, dan pemberian pengakuan dan dukungan untuk usaha dapat
mendorong siswa untuk lebih menghargai pengetahuan dan belajar.
No comments:
Post a Comment