Riset
komunikasi tentang Perang Dunia II dan simulasi computer mengenai kapabilitas
intelektual manusia telah memunculkan paradigm baru untuk studi kegiatan
mental. Parafigma ini tercermin dalam deskripsi pemrosesan informasi atas
kegiatan kognitif. Menurut paradigm ini, memori manusia adalah sistem yang
terorganisir dan aktif yang memilih informasi yang akan diproses dan kemudian
mentransformasikan informasi itu menjadi kode bermakna untuk penggunaan di
waktu mendatang.
Inti
teori ini terdiri dari proses yang dilewati individu untuk memahami,
mengkodekan, dan kemudian menyimpan cerita dalam memori jangka panjang untuk
penggunaan selanjutnya. Teoretis sepakat bahwa kode-kode disimpan secara
internal dalam beberapa bentuk struktur kognitif. Pandangan yang mengemuka
menyatakan bahwa informasi materi pokok akan mengambil bentuk jaringan semantic,
dimana elemen-elemen verbal dikaitkan satu sama lain. Butir-butir personal dari
informasi dideskripsikan sebagai dikodekan ke dalam memori episodic dan jaringan
procedural yang terdiri dari informasi “how-to”.
Sebagian besar pengetahuan dikategorisasikan sebagai eksplisit dan tersembunyi
(tacit). Yang termasuk dalam
pengetahuan eksplisit adalah ranah dan disiplin pengetahuan (konten), pengetahuan
diskursus, dan pengetahuan metakognitif. Istilah skema juga merujuk pada informasi yang dimiliki pemelajar tentang topic,
isu, atau ranah tertentu.
Komponen
utama dalam belajar adalah : a) kerangka belajar, yang terdiri dari pengetahuan
pemelajar dan organisasi informasi yang hendak dipelajari, dan b) proses
kognitif pemelajar, strategi belajar, dan keputusan metakognitif oleh
pemelajar. Aplikasi untuk pendidikan mencakup rekomendasi spesifik untuk
memperkaya pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar, penggunaan petunjuk
yang dibuat sendiri oleh pemelajar untuk mengodekan dan mengontruksi makna. Termasuk
di dalamnya adalah penggunaan citra, kombinasi citra dan kata, dan strategi
ringkasan dan pertanyaan diri oleh pemelajar.
Teori
belajar yang fokus pada hasil khusus dari proses belajar dan mendeskripsikan
syarat-syarat esensial untuk mendapatkan hasil tersebut. Sebaliknya, teori
pemrosesan informasi dimulai dengan langkah-langkah dalam mengambil,
mengodekan, dan menyimpan informasi dalam memori jangka panjang. Meski beberapa
riset membahas tugas-tugas tertentu, seperti pengkodean butir informasi, teori
ini kekurangan landasan untuk hasil belajar yang dapat disepakati bersama. Dengan
kata lain, teori pemrosesan informasi adalah kumpulan berbagai macam pendekatan
tentang studi fungsi kognitif.
No comments:
Post a Comment