apakah tugas-tugas penting yang dilakukan psikolog sebagai konsultan pembimbing?
seorang konselor biasannya mendapatkan tugas khusus untuk bertanggung jawab dan mengembangkan aspek-aspek tugas bimbingan yang memerlukan waktu khusus dan memerlukan keterampilan khusus pula. tugas-tugas psikolog sebagai konsultan pembimbing antara lain, yaitu :
1. melakukan diagnostik bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, yang berprestasi dibawah kemampuan (underachiever), yang menunjukan adanya gangguan emosi, dan yang memerlukan bantuan khusus lain, atau yang perlu mendapatkan rekomendasi untuk bantuan khusus diluar sekolah.
2. melakukan konseling bagi anak-anak yang mengalami kesulitan pribadi dalam kehidupan sekolah.
3. membantu mencarikan bantuan bagi anak-anak tidak mampu yang membutuhkan perlengkapan sekolah maupun perlengkapan lain (kacamata, alat bantu pendengaran, pakaian, dan lain-lain).
4. konsultasi dengan guru, kepala sekolah, orang tua dan membantu mereka memahami perkembangan anak normal maupun perkembangan anak bermasalah.
5. mengirimkan anak-anak yang memerlukan perlakuan intensif, perlakuan spesialis atau lembaga-lembaga masyarakat, dan menginterpretasikan hasil diagnostik serta rekomendasi kepada guru dan orangtua.
6. memberikan penataran arau ceramah-ceramah kepada guru mengenai perkembangan dan perilaku anak normal, dalam pengelolaan kelas, kesehatan mental, pelaksanaan dan interpretasi berbagai tes, pemeliharaan dan penggunaan catatan kumulatif, teknik wawancara, maupun bantuan-bantuan lain yang diperlukan guru untuk menjalankan tugas sebagai pendidik maupun pembimbing.
7. membentuk dan mengembangkan program bimbingan untuk menanggulangi masalah pribadi yang umum, kebiasaan belajar, orientasi pekerjaan, dan persiapan masuk sekolah lanjutan tingkat pertama.
8. menginterpretasikan program-program bimbingan tersebut diatas bagi orang-orang dan lembaga kemasyarakatan diluar sekolah.
9. melakukan penelitian dan evaluasi efektivitas program bimbingan.
dalam tugas konselingnya, konselor juga menjadi konsultan bagi guru, orangtua, maupun kepala sekolah. yang sering menjadi masalah adalah konsultasi guru. guru cenderung otonom dalam menjalankan fungsi profesinya. sering mereka keliru anggapan: konsultasi kepada psikolog dianggap sebagai pernyataan kelemahan profesi-profesi lain, sejarah otonomi semacam ini jarang didapat. profesi-profesi lain, seperti dokter atau pekerja sosial biasa mendapat opini kedua dari rekan seprofesinya. harapan kita adalah tradisi konsultasi ini akan berkembang baik dalam sistem pendidikan.
Sumber : Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi UI
No comments:
Post a Comment