Sunday, March 11, 2012

Pertemuan Ke Dua MK Paedagogi Dikaitkan dengan Seni dan Ilmu Mengajar

pada pertemuan kedua matakuliah paedagogi, bu dina memberitahukan agar kami semua membawa laptop pada saat mengikuti matakuliah tersebut. pada saat kuliah paedagogi tersebut, bu dina meminta kami untuk membuka website Editgrid.com. setelah kami membuka website tersebut, kami diminta untuk membuat ID untuk website tersebut. kemudian setelah kami memasuki website tersebut, kami mulai mencoba berdiskusi online, tetapi memiliki hambatan ketika ingin bertemu diwebsite tersebut. setelah beberapa lama mencoba untuk bertemu diwebsite tersebut, kami tetap belum dapat melakukannya dan kemudian bu dina meminta kami untuk membuka website E-Learning USU dan memasuki web fakultas psikologi yang kemudian bertemu di link mata kuliah paedagogi agar dapat membuat grup diskusi online. pada saat itu kami mencoba mengeksplorasi link tersebut agar dapat masuk ke grup chat yang sudah tersedia dengan bimbingan dari bu dina. setelah beberapa saat, salah seorang dari kami berhasil masuk ke grup chat tersebut dan mendiskusikan cara memasuki grup chat itu kepada kami semua.
dikaitkan dengan seni dan ilmu mengajar, bu dina sebagai mengajar mentransformasikan bahan ajar kepada kami dengan menggunakan media elektronik yang berupa E-Learning. kami secara tidak sadar diberikan pembelajaran oleh bu dina dengan memberikan suatu masalah agar kami memecahkan masalah tersebut, dimana masalah tersebut adalah bagaimana caranya untuk masuk kedalam grup chat E-Learning USU. salah satu pendukung utama pendekatan pembelajaran teknologi adalah B.F. Skinner. Skinner berargumen bahwa mentransformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik. banyak juga orang yang mengatakan bahwa mengajar adalah seni. orang-orang ini percaya bahwa memposisikan mengajar sebagai aktivitas "ilmiah" memang dapat diformalkan, namun juga hal itu menjadi resep pendekatan yang memaksa, maka akan terjadi birokratisasi dan pemaksaan aktivitas belajar. penganut "kegiatan pengajar sebagai seni" berpendapat bahwa mengajar sebenarnya melibatkan intuisi, improvisasi, dan ekspresi. bagi mereka, efektivitas mengajar bergantung pada kreativitas, penilaian yang baik, dan wawasan tingkat tinggi. Elliot Eisner, seorang profesor pendidikan di Standford, telah menyamakan aspek artistik aktivitas pengajaran laksana konduktor sebuah simponi. sang guru, sebagai konduktor, menarik atas keterampilan repertoar dan proses orkestra yang sangat kompleks. Eisner berpendapat, guru menampilkan diri jauh lebih seperti seniman daripada ilmuwan. pengajaran melibatkan penilaian kompleks yang terbentang sepanjang pengajaran itu sendiri.
sangat mungkin cara terbaik untuk berpikir tentang mengajar adalah tidak menyebutnya sebagai seni atau ilmu, melainkan profesi. jadi, mengajar itu bukan seni dan bukan pula ilmi, melainkan aktivitas profesional guru. bahwa dalam menjalankan aktivitas prodesional itu, guru mengkombinasikan dimensi ilmu dan seni atau sebaliknya, diruang kelas hal itu merupakan proses alami semata. aktivitas pengajaran melibatkan penilaian profesional. mengajar merupakan panggilan profesi bagi guru.
jadi, mengajar adalah gabungan antara seni dan ilmu dimana seorang guru mengaplilkasikan keduanya dalam menjalankan aktivitas profesionalnya. kombinasi antara seni dan ilmu menghasilkan proses mengajar yang alami didalam kelas sehingga seorang guru dapat membangun keaktifan belajar, menangkap pikiran dan hati, memotivasi belajar, menanta lingkungan edukator, dan memfasilitasi peluang belajar. seni dan ilmu mengajar diterapkan dalam matakuliah paedagogi, dimana dengan menggunakan ilmu yang telah dimiliki, serta seni mengajar yang asyik dan tidak membosankan serta tidak ada pemaksaan dalam mengajar, membuat kami lebih bebas dalam berekspresi dan mengeluarkan potensi kami dalam memecahkan masalah.

No comments:

Post a Comment